Bunyi petir begitu mengguncang telingaku kini, saat kau berhenti menyadari kasih sayangku. Aku tau, aku bukan yang sempurna. Yang selalu ada untukmu. Aku tau munafik lah diriku jika aku berbohong tak menyayangimu. Kini, ku hanya melamun diam,resah, ketahuilah aku masih menantikan sosokmu. Dulu memang aku merasa bimbang menjalani rasa ini. Rasa yang berkabung lepas tiada. Tak pernah ku inginkan rasaku pudar. Tak pernah kuinginkan kau terbang jauh meninggalkanku. Tak pernah terfikirkan sedikit pun. Namun, apa yang kini terasa? Suramnya hati, kelam sudah cinta yang dulu. Tersisa noda guratan luka. Dan apa yang kini kucari? Serpihan hati yang dulu ada untukmu. Semua merah memudar. Guratan telah tertulis disisinya. Hanya itu. Bila aku luput dari ingatanmu, ingatlah suatu hal, ‘aku pernah menyayangimu’. Semua telah tertulis ditakdir tinta tuhan. Yang kini menjadi jembatanku untuk selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Bimbang yang dulu kurasa, sudah terhempas bagai abu. Ketulusan yan...
Tuhan aku berjalan sembari berdo’a dalam diamku. Aku menyusuri malam dalam patah hatiku. Keruh terasa hati ini tanpamu. Lembab mata ini menangisimu walau kau tak pernah menangisiku. Biru langit itu tak mampu menenangkanku bila tanpamu. Namun, biru langit hanya akan menjelma dalam kelamnya cintaku padamu. Cintamu kaku, beku, layaknya kalkun yang sedang membisu. Dulu, kau bius aku dengan rasamu, namun kini yang tersisa hanya hempasan bayangan semu. Tak pernah kurasakan hidupku gelap seperti ini. Jalan tembus yang kulewati hanya menangis. Hanya itu yang bisa kulakukan. Bersedih dalam tawaku. Aku tak pernah tau sampai kapan aku harus begini. Hanya denganmu aku bisa melupakannya dirinya yang telah menyakitiku. Aku hanya bisa berdo’a semoga kau baik-baik saja disana. Aku berdo’a kau tetap dalam buaian tuhan yang selalu melindungimu, yang selalu membawa kebahagiaan serta ketenangan bagimu. Aku hanya bisa berdo’a disini, walau aku tak bisa bersanding denganmu. Mungkin, hanya waktu s...