Tuhan aku berjalan sembari berdo’a dalam diamku. Aku
menyusuri malam dalam patah hatiku. Keruh terasa hati ini tanpamu. Lembab mata
ini menangisimu walau kau tak pernah menangisiku. Biru langit itu tak mampu
menenangkanku bila tanpamu. Namun, biru langit hanya akan menjelma dalam
kelamnya cintaku padamu. Cintamu kaku, beku, layaknya kalkun yang sedang
membisu. Dulu, kau bius aku dengan rasamu, namun kini yang tersisa hanya
hempasan bayangan semu. Tak pernah kurasakan hidupku gelap seperti ini. Jalan
tembus yang kulewati hanya menangis. Hanya itu yang bisa kulakukan. Bersedih
dalam tawaku. Aku tak pernah tau sampai
kapan aku harus begini. Hanya denganmu aku bisa melupakannya dirinya yang telah
menyakitiku. Aku hanya bisa berdo’a semoga kau baik-baik saja disana. Aku
berdo’a kau tetap dalam buaian tuhan yang selalu melindungimu, yang selalu
membawa kebahagiaan serta ketenangan bagimu. Aku hanya bisa berdo’a disini,
walau aku tak bisa bersanding denganmu.
Mungkin, hanya waktu saja yang bisa menjawab semua ini.
Perlahan aku bisa melupakanmu. Aku yakin itu, aku yakin.
Aku bisa tanpamu. Aku yakin. Sayang, aku ingin nangis dipelukanmu. Sayang, aku ingin mendengar canda tawamu. Karna, Cuma kamu yang selalu aku nantikan. Dirimu aja yang sanggup mengertiku. Dirimu aja yang selalu membuatku tertawa. Aku disini, mendo’akanmu yang terbaik. Semoga kau tau.
Aku bisa tanpamu. Aku yakin. Sayang, aku ingin nangis dipelukanmu. Sayang, aku ingin mendengar canda tawamu. Karna, Cuma kamu yang selalu aku nantikan. Dirimu aja yang sanggup mengertiku. Dirimu aja yang selalu membuatku tertawa. Aku disini, mendo’akanmu yang terbaik. Semoga kau tau.
Aku masih berusaha melupakanmu, walau ku tau tak bisa.
Komentar
Posting Komentar