Bunyi petir
begitu mengguncang telingaku kini, saat kau berhenti menyadari kasih sayangku.
Aku tau, aku bukan yang sempurna. Yang selalu ada untukmu. Aku tau munafik lah
diriku jika aku berbohong tak menyayangimu. Kini, ku hanya melamun diam,resah,
ketahuilah aku masih menantikan sosokmu. Dulu memang aku merasa bimbang
menjalani rasa ini. Rasa yang berkabung lepas tiada. Tak pernah ku inginkan
rasaku pudar. Tak pernah kuinginkan kau terbang jauh meninggalkanku. Tak pernah
terfikirkan sedikit pun. Namun, apa yang kini terasa? Suramnya hati, kelam
sudah cinta yang dulu. Tersisa noda guratan luka. Dan apa yang kini kucari?
Serpihan hati yang dulu ada untukmu. Semua merah memudar. Guratan telah
tertulis disisinya. Hanya itu. Bila aku luput dari ingatanmu, ingatlah suatu
hal, ‘aku pernah menyayangimu’.
Semua telah
tertulis ditakdir tinta tuhan. Yang kini menjadi jembatanku untuk selalu
mendoakan yang terbaik untukmu. Bimbang yang dulu kurasa, sudah terhempas bagai
abu. Ketulusan yang pernah ada, telah
tiada semenjak kau berhenti bersama kelamnya kasih sayangku. Pelukanmu yang
begitu hangat,tak lagi pernah kurasa. Kuharap kau tau betapa risaunya hariku
menantikanmu. Karna kau hanya satu untukku. Kau
sanggup mengertiku selama ini, namun kau tak mampu mempertahankanku.
Tuk sebuah
cinta yang hebat. Yang tak sanggup berdiri.
Komentar
Posting Komentar